Mahasiswa dan mereka yg berhak tahu

Sekitar jam 1 lewat kopi di yg kuseduh mulai berkurang, rasanya tak sepahit kritik mahasiswa, warnanya tak segelap ideologi jari telunjuk. Mahasiswa turun tangan menghadapi pemerintah, mereka melawan dengan kata kata, sebgian mahasiswa yg lewat jalan seberang melawan dengan teori dan mahasiswa yg   melawan dengan otak dan hati. Mahasiswa pertama sangat banyak mereka cenderung tak percaya akan perkataan dosen, tapi mengikuti perintah dosen. mahasiswa kedua, lebih dominan pada mahasiswa yg tak punya ruang produksi, mereka menulis, diskusi tapi lemah akan pembungkaman. Dan   Mahasiswa yg disebutkan terakhir itu adalah mahasiswa yg sangat langka, sangat langka, izinkah saya mengatakan lagi 'sangat langka', langka karna mereka merasa dengan rasa, berpikir dengan pikiran mereka. logika mereka tak sedalam para mahasiswa pendemo, rasa mereka tak seindah seniman di abad pertengahan, tapi mereka memiliki tingkat penyelesaian masalah, pengungkapan teori, dan pembentukan ruang jauh lebih tepat dibanding kedua kelompok tersebut diatas. Kalian mungkin punya teman yg aneh, bicara gak jelas, atau mungkin kalian sering membuli mereka, tapi mereka tak semunafik kalian, tak selemah kalian. Dia meliahat dunia dengan kedua matanya, dia menggunakan semaksimal mungkin indranya untuk mengetahui.

Mahasiwa bukan melawan dengan pembangkangan. terdidik bukan berarti lebih tahu, terdidik bukan berarti bijak. mahasiswa terdidik tahu kalau yg salah punya porsinya dan benar punya porsinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

semua di akhir rindu

puisi hati 6sep

hasil wawancara pak dihas tentang pengaderan