hasil wawancara pak dihas tentang pengaderan
Setiap generasi secara alamiah dan kultural memerlukan
regenerasi sebagai bentuk kolektif kehidupan manusia. “Kader” kemudian menjadi
penting dalam sebuah lembaga organisasi, sebagaimana Partai-Partai. Kaderisasi sebagai
proses regenerasi hadir melalui proses penanaman ideology kolektif. Akan tetapi
proses ini, memerlukan adaptasi dengan kebutuhan potensi individu, moral, dan
nilai dari perkembangan zaman. Sehingga kader dapat berkontribusi di zamannya
dan di masa depan yang diimpikan.
Pertanyaan yang berusaha dijawab, bagaimanakah dengan pengkaderan yang ada di Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Hasanuddin? Apakah sudah menjawab tantangan zamannya?
Ada hal yang perlu dalam regenerasi dalam setiap bentuk
kolektif dalam kehidupan manusia “kader” dan seperti yang terjadi di lembaga
organisasi ataupun partai-partai, proses regenerasi setiap anggota merupakan
hal yang pokok dalam penanaman ideology kolektif. dalam melihat arti dari Pengakaderan
bisa berarti proses bertahap dan
terus-menerus sesuai tingkatan, situasi dan kebutuhan tertentu yang memungkinkan seorang kader dapat
mengembangkan potensinya,baik berupa kemampuan fisik, dan moral sosialnya.
Sehingga, kader dapat membantu orang lain dan dirinya sendiri untuk memperbaiki
keadaan sekarang dan mewujudkan masa depan yang lebih baik sesuai dengan
cita-cita yang diidealkan.
Bagaimana dengan pengaderan yang ada di fakultas ilmu
budaya sekarang? “pengaderan sekarang hanya menjawab tantangan 20 tahun yang lalu”
, hal tersebut merupakan pandangan dari Dias Pradadimara M.A.,M.S. dosen
jurusan ilmu sejarah fakultas ilmu budaya, dari pandangan dosen ilmu sejarah
ini pengaderan yang ada sekarang merupakan pengaderan yang ketinggalan zaman
yang mana seharusnya melihat realitas bentuk kader yang dibutuhkan sekarang,
dari pandangannya kader yang seharusnya bisa lebih luas jangkauannya dalam
melihat dunia kampus atau dunia dimana sudah bukan lagi seperti sma yang sebagaimana waktu masih
dalam lingkungan sekolah, ilmu pengetahuan dan waktu telah diatur oleh lembaga
sekolah, malah kurang mendapatkan apa
yang seharusnya diperlukan untuk kepentingan pengembangan individu. Dari pandangannya
pula tentang siapa yang mengkader “pengader” bahwa merupakan hal yang seharusnya
dilakukan bagi para mahasiswa di dalam lembaga kemahasiswaan untuk keluar
-melihat bentuk aktifitas kelembagaan atau pengaderan- agar dapat membawa inovasi baru bagi lemabaga
dan dapat mengetahui bahwa bentuk kader yang dibutuhkan dalam masa sekarang
adalah kader yang dapat menjawab tantangan zaman.
Proses pembentukan kaderisasi ideal yang dapat dikatakan
menjawab tantangan pergerakan zaman, merupakan hal yang harus dijawab oleh para
pengkader disetiap organisasi kelembagaan di masyarakat kolektif dan
transformatif seperti Indonesia. Menghasilkan kader yang dapat membawa ideology
kolektif dan membentuk SDM yang berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat adalah hal yang
seidealnya dari hasil pengaderan. Bagaimana dengan hasil pengaderan yang
terjadi fakultas ilmu budaya ? dari pandangan dosen ilmu sejarah tersebut
melihat bahwa dalam pelajaran di kelas mahasiswa yang telah melalui proses
pengaderan dan tidak melalui proses pengaderan tidak tampak perbedaan yang
mencolok baik dari segi etika dan wawasan, hal yang dapat dilihat dari beberapa
mahasiswa yang telah mengikuti pengaderan hanyalah bagaimana mereka bisa
mengeluarkan pendapat mereka dan berani berbicara walaupun dikatakan bahwa isi
dari yang dikatakana oleh mahasiswa yang telah melalui pengaderan sama dengan
apa mahasiswa yang tidak mengikuti pengadean.
Dari pandangan
dosen ilmu sejarah tersebut hal yang mencolok dari hasil pengaderan yang telah
dilalui oleh mahasiswa yaitu keberaniannya dalam mengungkapkan apa yang ada dalam
isi kepalanya dan dapat mengeluarkannya namun belum dapat dilkatakan vocal
dalam beretorika. Dikatan oleh dosen ilmu sejarah tersebut hal yang seharusnya
terlihat dalam hasil pengaderan ialah inovasi baru ataupun hal-hal yang
menunjukkan dapatnya bersaing dengan lembaga atau universitas besar diluar,
kekurangan dalam sistem pengaderan yang dikatakan hanya menjawab tantangan 20
tahu lalu itu terlihat dari bagaimana hasil kader dapat bersaing di tingkat
nasional ataupun internasional, bukan mencoba memakai nama besar lembaga untuk
mengankat nama.
Komentar
Posting Komentar