ESAI: pengunduran kaisar akihito
~Kebijakan
sang bijak di negeri samurai?
Jepang merupakan salah satu Negara yang masih
menggunakan sistem pemerintahan kekaisaran, dalam perjalanan sejarah dari Negara
ini, sedikit sekalali perubahan yang tercatat dalam sejarah mengenai perubahan
sistem pemerintahan, misalkan menjadi Negara demokrasi ataupun Negara sosialis.
Perubahan yang pernah terjadi dalam sistem pemerintahan di jepang yaitu
pemerintahan militer atau bakufu dengan kepala pemerintahan militer yang
disebut shogun (1192-1968).
Pada jaman bakufu
tersebut, Kaisar sebagai simbol Negara
tetap ada dan kaisar tetap dipercaya sebagai perantara manusia dan dewa. Sosok yang
di kisahkan sebagai keturunan salah satu dewa jepang yaitu dewa amaterasu, telah
menjadi kisah yang dijaga dari generasi ke generasi. Sosok tennou yang sacral di
kebudayan jepang merupakan sedikit dari berbagai sejarah kaisar, simbol di Negara
samuai tersebut. Dewasa ini Kaisar merupakan simbol Negara yang takpunya kekuatan
politis dalam sistem pemerintahan, akan tetapi tetap memiliki hak dalam
kesejahtraan dan perdamaian masyarakat jepang. Peran kaisar dan eksistensi
kaisar di jepang sangat dibutuhkan sebagai simbol pemersatu rakyat jepang.
Negara dengan sebutan negeri para samurai, pada
tanggal 8 agustus 2016, mencuri sedikit perhatian awak media nasional maupun
internasional. Pada tanggal tersebut, sosok yang menjadi simbol dari negara yaitu
Kaisar atau dalam bahasa jepang disebut tennou
ini, setelah beberapa masa yang
cukup lama akhirnya muncul di media jepang. kemunculan sang pemimpin ini,
merupakan suatu hal yang sangat langka dikalangan masyarakat jepang. Kaisar
Jepang dalam pidatonya, dengan tersirat mengungkapkan bahwa dirinya akan turun
takhta dalam waktu dekat ini. Isyarat itu muncul ketika kaisar yang sudah
memasuki usia senja 82 tahun tersebu, menyampaikan pesan yang disiarkan melalui
televisi nasional.
Berbagai mediapun gencar menuliskan berita mengenai
kaisar yang akan turun tahta ini, salah satu media tersebut The New York Times dengan tajuk Akihito, Emperor of Japan, Says He Will
Abdicate in 2019 dalam tulisan ini memberikan informasi yang cukup mendalam
“The emperor of Japan will step down on
April 30, 2019, the first abdication by a Japanese monarch in two centuries,
Prime Minister Shinzo Abe said on Friday” (NYT/11/2017). dituliskan bahwa kaisar
akan turun tahta. Peristiwa ini merupakan pertama kalinya dalam 2 abad
terakhir, seorang kaisar ingin mengundurkan diri dari tahta kekaisaran jepang.
Tentang pengunduran
diri kaisar ini, seperti yang banyak dibertikan oleh media internasional, media
jepang pun menuliskan hal yang sama dalam beritannya, seperti yang tertulis
dalam (Nippon.com/12/2017) “天皇陛下が退位される日程をめぐり、皇室会議が1日午前、宮内庁特別会議室で開かれ、陛下が2019年4月30日に退位し、皇太子さまが同年5月1日に新天皇に即位される日程が決まった”
dalam tulisan ini, dijelaskan bahawa
kaisar Akihito kan turun tahta pada akhir april 2019.
Kaisar terakhir Jepang yang melepaskan tahtanya
secara sukarela adalah Kaisar Kokaku pada 1817 pada awalnya keinginan kaisar Akihito
untuk turun tahta mendapat tantangan dari berbagai pihak, seperti dari petinggi
Negara. Kaisar akhito pun kemudian mengambil tindakkan untuk mengantisipasi
penolakan dari kelompok konservatif yang menginginkan Akihito tetap bertahtahta
hingga akhir hatanya. Pada agustus 2016 itulah, kaisar Akihito menyampaikan
pesannya akan pengunduran dirinya dengan alasan bahwa kondisi tubuhnya yang
yang semakin menurun.
Pengunduran diri Kaisar dalam sebuah sistem pemerintahan kekaisaran memang
menjadi hal yang menarik, pasalnya, sebuah kekuasaan-baik itu besar ataupun
kecil- yang hampir merupakan impian setiap orang, pengakuan diri dari setiap
individu menjadi hal yang diidamkan setiap masyarakat social.
Banyaknya media yang menulis akan informasi yang
terdapat dalam pidato kaisar Akihito ini, seolah membenarkan semua satu sama
lain, membuat pembaca setuju akan realitas yang terjadi di kekaisaran jepang. sedikit
mendengarkan perkataan linguis N Chomsky bahwa “dunia sekarang dikuasai oleh
media massa dan ia berada di bawah kendali kepentingan dua kelompok besar,
yaitu kepentingan kelompok pemerintah yang berkusa dan kepentingan ekonomi para
pemodal. Kita, kadang, merasa kala
mengambil keputusan saat ini adalah keputusan pribadi padahal secara tidak
sadar keputusan tersebut ditentukan oleh media massa yang dibaca”.
Komentar
Posting Komentar